RS Kewalahan Hadapi Lonjakan Covid, Ahli Ingatkan Pentingnya Komunikasi: Pasien Cenderung Sensitif
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra ikut menanggapi terkait persoalan rumah sakit di Indonesia yang kewalahan menghadapi lonjakan pasien Covid 19. Satu di antaranya dialami oleh RSUD Kota Bekasi, dimana video saat pasien menumpuk di depan RS beredar luas di media sosial. Menurut Hermawan, ada tiga hal yang harus diantisipasi oleh rumah sakit yang mengalami lonjakan pasien Covid 19.
Pertama adalah ketersediaan para tenaga kesehatan yang handal di sentra sentra darurat ini. "Yang jadi persoalan di RS ketika lonjakan kasus itu tidak tersedia tenaga kesehatan yang cukup handal di sentra sentra ini," kata Hermawan, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Minggu (27/6/2021). Ia menuturkan, dalam keadaan menumpuk, pasti para nakes yang ada menjadi terbatas.
Untuk itu, Hermawan berharap agar setiap RS dapat mengantisipasi dengan membuat mekanisme yang tepat. "Teman teman di IGD yang terbiasa disana pasti terbatas, sehingga penting kesiapsiagaan nakes menjadi tanggap di IGD," ungkapnya. Selain itu, Hermawan juga menyebut pentingnya juru komunikasi dari teman teman di bagian kesehatan masyarakat.
Pasalnya, dalam keadaan menumpuk, Hermawan menyebut potensi konflik mudah terjadi karena pasien cenderung sensitif. "Yang paling penting adanya keahlian komunikasi publik, orang dalam keadaan menumpuk dalam antrean itu sangat sensitif ketika mereka terlambat dilayani atau terlambat dirawat." "Kemungkinan adanya potensi komunukasi yang menyebabkan konflik itu tinggi."
"Maka komunikasi kesehatan wajib ada, teman teman dari kesehatan masyarakat cocok untuk dijadikan juru komunukasi publik di depan," ujarnya. Di sisi lain, Hermawan juga mengingatkan pentingnya pusat informasi saat terjadi lonjakan kasus Covid 19. Dalam hal ini, Hermawan menilai RS bisa menyediakan dua hal jenis informasi.
Misalnya, informasi tentang fasilitas internal dalam RS, dan juga informasi eksternal dengan RS lain. Dengan begitu, maka pasien mudah dirujuk ke rumah sakit lain jika ingin segera ditangani. "Walaupun nakes di RS sudah berjuang keras, tetapi pemerintah harus concern juga ke tiga kebutuhan ini di depan."
"Supaya tidak ada lagi orang orang yang 'terlantar' atau tidak tertangani secara komunikasi," jelasnya. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi akan memperluas kapasitas tenda darurat. Keputusan ini disampaikan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi setelah meninjau langsung rumah sakit tersebut pada Sabtu (26/6/2021).
"Upaya upaya dalam peningkatan kapasitas pelayanan kita telah memasang tenda, setelah saya evaluasi ternyata memang kapasitas kita tidak akan pernah selesai (mencukupi)," kata Pepen, sapaan akrab Rahmat Effendi. Pepen mengaku telah menginstruksi direksi RSUD Kota Bekasi, Dinkes serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi agar menambahkan kapasitas dengan membangun tenda kembali. "Saya sudah sampaikan ke Dinkes, ke RSUD untuk memasang tenda lagi, jadi nanti parkiran kita tutup, sehingga ini (parkiran kendaraan mobil) full tambahan tenda," jelas Pepen.
RSUD Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi kata dia, merupakan rumah sakit rujukan utama penanganan pasien Covid 19 di Provinsi Jawa Barat. Warga yang dirawat di RSUD Chasbullah Abdulmadjid tidak hanya berasal dari wilayah setempat. Tetapi mereka berdomisili dari beberapa daerah di sekitar Kota Bekasi.
"Saya cek ke dalam memang 30 persen warga yang ada di dalam (pasien RUSD) warga non KTP Kota Bekasi," jelas dia, dikutip dari . Namun, dia belum dapat menjelaskan secara detail, berapa kapasitas tenda darurat tambahan yang akan disiapkan. Yang jelas, Pemerintah Kota Bekasi akan terus berupaya memaksimalkan ruang ruang yang ada agar tetap dapat mengakomodir pasien yang membutuhkan pertolongan medis.
"Kita belum perhitungkan kapasitas, kalau di sini (area parkir) masih kurang kita akan tambah lagi sampai ke area belakang (gedung RSUD)," terangnya. Adapun tenda darurat RSUD Chasbullah Abdulmadjid dibangun sebanyak tiga lokal di depan area parkir IGD, di sana dapat menambah sebanyak 30 tempat tidur. Namun, lonjakan pasien yang terus terjadi selama tenda darurat beroperasi sejak Rabu (23/6/2021) mengakibatkan pasien menumpuk.
Mereka terpaksa mendapatkan perawatan seadanya tanpa tempat tidur, beberapa ada yang dirawat di atas kursi roda sambil selang infus menempel ditubuhnya. Lalu ada yang terpaksa tidur di lantai tenda dengan menggelar tikar atau kasur lipat, bahkan terdapat pasien kritis mendapatkan penanganan di atas mobil pikap akibat ruangan rawat inap penuh. Tenda darurat RSUD Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi berfungsi sebagai triase, pasien yang datang akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk menentukan Covid 19 atau bukan.
Jika pasien positif Covid 19, mereka akan langsung dipindahkan ke ruang isolasi rawat inap RSUD Kota Bekasi. Sedang jika pasien negatif Covid 19, mereka akan menunggu di dalam triase sampai ruang inap tersedia.